Sunday, 17 July 2016

Sabar




Sabar adalah salah satu kunci menuju kebahagiaan. Terkadang, kesabaran juga diperlukan untuk menggapai kesuksesan dan berbagai target dalam hidup. Namun jangan salah, untuk menjadi sabar tidaklah semudah yang kita perkirakan. Selalu saja ada berbagai hal yang seolah membuat kita ingin menyelesaikan sesuatu secepat mungkin, dan melupakan prinsip-prinsip kesabaran.

Sabar merupakan salah satu sifat yang tidak dapat dipisahkan dari terpaan masalah. Setiap manusia tentulah memiliki masalah, dan untuk dapat menghadapinya dengan bijak, diperlukan kesabaran. Selain itu dengan bersabar perasaan anda tentunya akan lebih tenang.

Firman Allah dalam surah Al-Baqarah 155:
ﻭَﻟَﻨَﺒْﻠُﻮَﻧَّﻜُﻢْ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﻮْﻑِ ﻭَﺍﻟْﺠُﻮﻉِ ﻭَﻧَﻘْﺺٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﻝِ ﻭَﺍﻟْﺄَﻧْﻔُﺲِ ﻭَﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ۗ ﻭَﺑَﺸِّﺮِ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
"Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Albaqarah ayat 155)"

Apakah kesabaran itu Terbatas?
Kadang kita mendengar ada orang berkata, ‘sabar itu ada batasnya juga kali’. Atau ketika ada orang yang dinasihati untuk bersabar ia malah menjawab ‘sabar juga ada batasnya’. Berdasarkan kata-kata tersebut apakah benar sabar itu ada batasnya? Apakah semua manusia punya batas tertentu untuk bersabar? Jawabannya tidak. Sebenarnya sabar tidak ada batasnya, tapi manusia lah yang membuatnya terbatas. Ketika ada orang yang dikatakan sebagai orang yang sabar, suatu saat ia marah akan suatu hal, ini bukan berarti sabarnya yang terbatas, tapi orang itu lah yang membatasi kesabarannya. Tapi bisa jadi jika ia terus menahan marah bukan lagi bentuk kesabaran, tapi malah jadi bentuk kepasrahan. Seperti yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa sabar adalah suatu bentuk usaha dan kerja keras untuk menyelesaikan suatu hal, jika ia terus menahan marahnya bisa jadi masalah tidak akan terselesaikan, kadang dalam beberapa kondisi marah itu harus. Rasulullah pun pernah marah. Maka dalam kondisi tertentu, berusaha untuk marah demi sesuatu yang baik adalah bentuk kesabaran.
Allah berfirman dalam surat Al - Baqarah 152:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
"Sesungguhnya Allah senantiasa bersama orang - orang yang bersabar"

Sabar itu ada 2 tingkatan:
1. Sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena takut ancaman Allah, Kita harus selalu berada dalam keimanan dan meninggalkan perkara yang diharamkan.
2. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, dengan terus-menerus melaksanakannya, memelihara keikhlasan dalam mengerjakannya dan memperbaikinya.
Dengan sabar dapat mendatangkan keridhoan Allah SWT.
Sabar memiliki kedudukan tinggi yang mulia dalam agama Islam. Seperti yang dijelaskan pada surat An-Nahl:
ﻣَﺎ ﻋِﻨﺪَﻛُﻢْ ﻳَﻨﻔَﺪُ ﻭَﻣَﺎ ﻋِﻨﺪَ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﺑَﺎﻕٍ ﻭَﻟَﻨَﺠْﺰِﻳَﻦَّ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺻَﺒَﺮُﻭٓﺍ۟ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ۟ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ

”Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” . (Q.S An-nahl:96)

Jadi, kesabaran adalah sumber kekuatan yang diberikan Allah untuk melewati berbagai macam ujian hidup. Dengan sabar, kita menjadi tidak gampang untuk menyerah, putus asa dan berhenti bergerak untuk mencapai sebuah cita-cita atau apa yang kita inginkan. Hidup itu pilihan, hidup juga perlu perjuangan. Berjuang berarti kita perlu membutuhkan kekuatan, kekuatan yang utamanya yaitu kesabaran.

Marilah kita belajar melatih hati dan bersabar, untuk menghadapi ujian hidup. Allah SWT selalu mempunyai rencana terindah bagi ummat-Nya.







Posted via Blogaway


Tuesday, 12 July 2016

Bersedekah

Bersedekah merupakan anjuran dalam Islam yang dimana prakteknya adalah dengan memberikan materi maupun jasa untuk meringankan ataupun membahagiakan orang lain. Sedekah tidak selalu berbentuk materi seperti uang ataupun benda. Namun dalam Islam, perbuatan seperti tersenyum pun akan ditulis sebagai sebuah sedekah. Sedekah mempunyai keutamaan yaitu :
1. Sedekah dapat mendatangkan rejeki.
2. Sedekah dapat menyembuhkan penyakit.
3. Sedekah dapat menolak bala, menahan musibah, menghilangkan kesulitan.
Rasulullah bersabda : “Jika seseorang ingin dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, ditolong atas semua permasalahannya, dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita, lebih bermasalah.
4. Sedekah dapat memperpanjang umur.
5. Sedekah dapat mempermudah mendapatkan jodoh.

Terdapat janji Allah kepada orang yang rajin bersedekah. Selain membantu sesama ataupun membahagiakannya, bersedekah juga akan langsung dibalas oleh Allah baik itu di dunia maupun nanti di akhirat. Janji Allah tersebut tertulis jelas baik dalam Al Quran maupun Hadist Rasulullah SAW. Inilah beberapa keutamaan yang Allah janjikan tersebut:

1. Sedekah Jadi Penghapus Dosa
Bagi orang yang rajin bersedekah, maka Allah berjanji untuk menghapus dosa-dosanya. Keutamaan tersebut terdapat dalam hadist Rasulullah SAW yang berbunyi “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api” (HR Tirmidzi) Namun sedekah yang menghapus dosa adalah sedekah yang disertai dengan taubat nasuha dan tidak lagi mengulangi dosanya tersebut. Sangat tidak mungkin sekali orang yang korupsi, mencuri ataupun memakan riba kemudian bersedekah dengan harapan dosanya dapat impas oleh sedekahnya tersebut namun tidak disertai dengan penyesalan akan dosanya. Dengan kata lain, sedekah yang menghapus dosa adalah sedekah yang dilanjutkan dengan bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

2. Naungan Di Hari Akhir
Selain mendapatkan ampunan yang besar dari Allah SWT, seseorang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir nanti. Dalam sebuah hadist dinyatakan terdapat 7 orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah dimana pada saat tersebut tidak ada lagi naungan selain naunganNya termasuk sedekah. “Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya akan menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya” (HR Bukhari).

3. Pahala Yang Berlipat-lipat
Bagi yang ingin mendapatkan rezeki yang berlipat ganda, maka bersedekahlah. Ini karena Allah akan melipatgandakan rezeki bagi mereka yang suka bersedekah. Pernyataan tersebut selaras dengan firman Allah SWT. “Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan RasulNya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak” (QS Al Hadid 18).

4. Adanya Pintu Surga Khusus Untuk Mereka Yang Gemar Sedekah Sebuah hadist menyatakan “Orang yang menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan” Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia dipanggil dari pintu shalat. Yang berasal dari kalangan Mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad. Jika ia berasal dari golongan orang yang gemar bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah” (HR Bukhari dan Muslim).

5. Terbebas dari Siksa Kubur Di akhirat nanti selain bisa masuk lewat pintu khusus menuju surga, seseorang yang bersedekah akan terbebas dari siksa kubur yang menyedihkan. Rasulullah SAW bersabda “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur” (HR Ath Thabrani).

6. Dijauhkan Dari Api Neraka Janji Allah yang terakhir bagi mereka yang gemar bersedekah adalah dijauhkan dari siksa api neraka yang menyala-nyala. Meskipun harta yang disedekahkan hanya sedikit, namun jika dilakukan dengan penuh keikhlasan maka sedekah yang kecil tersebut akan berdampak besar dari dijauhkannya siksa api neraka pada diri kita. Semakin banyak harta yang disedekahkan, maka semakin besar pula jauhnya api neraka untuk membakar jiwa kita. Rasulullah SAW pun bersabda “Jauhilah api neraka walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimat Thayyibah" (HR Bukhari dan Muslim) Itulah janji Allah kepada hambaNya yang gemar bersedekah dengan ikhlas dan tidak mengumbar kebaikannya tersebut. Jika sedekah hanya untuk memperoleh simpati orang, maka hilanglah janji yang telah Allah berikan pada hambaNya itu. Oleh karena itu lakukanlah sedekah baik di saat lapang maupun sempit agar apa yang telah Allah janjikan bisa terealisasi baik di dunia maupun di akhirat nanti.


Monday, 11 July 2016

Berbakti kepada Orangtua

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’ Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.” (QS Al-Isra’ [17]: 23-25)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia…”
Ini adalah perintah untuk mengesakan Sesembahan, setelah sebelumnya disampaikan larangan syirik. Ini adalah perintah yang diungkapkan dengan kata qadha yang artinya menakdirkan. Jadi, ini adalah perintah pasti, sepasti qadha Allah. Kata qadha memberi kesan penegasan terhadap perintah, selain makna pembatasan yang ditunjukkan oleh kalimat larangan yang disusul dengan pengecualian: “Supaya kamu jangan menyembah selain Dia…” Dari suasana ungkapan ini tampak jelas naungan penegasan dan pemantapan.
Jadi, setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian dengan tugas-tugas individu dan sosial. Tugas-tugas tersebut memperoleh sokongan dari keyakinan di dalam hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan antara motivasi dan tujuan dari tugas dan perbuatan.
Perekat pertama sesudah perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks ayat mengaitkan birrul walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai pernyataan terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah:
“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif inilah Al-Qur’an Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati anak-anak.
Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang masih hidup; mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu kepada keluarga, kepada generasi baru, generasi masa depan. Jarang sekali kehidupan mengarahkan perhatian mereka ke arah belakang..ke arah orang tua..ke arah kehidupan masa silam..kepada generasi yang telah pergi! Dari sini, anak-anak perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka menoleh ke belakang, ke arah ayah dan ibu mereka.
Kedua orang tua secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya; mengorbankan segala hal, termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap nutrisi dalam benih hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi yang ada dalam telor hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia menjadi orang tua yang lemah jika memang diberi usia yang panjang. Meski demikian, keduanya tetap merasa bahagia!
Adapun anak-anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh peran mereka ke arah depan. Kepada istri dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu terdorong. Dari sini, orang tua tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak. Yang perlu digugah emosinya dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat kewajiban terhadap generasi yang telah menghabiskan seluruh madunya hingga kering kerontang!
Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bentuk qadha dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah yang tegas untuk menyembah Allah.
Setelah itu konteks surat menuangi seluruh suasana dengan keteduhan; dan menggugan emosi dengan kenangan-kenangan masa kecil, rasa cinta, belas kasih dan kelembutan.
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu..”
Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga memiliki insprasinya sendiri. Kata ﻋﻨﺪﻙ yang artinya “di sisimu” menggambarkan makna mencari perlindungan dan pengayoman dalam kondisi lanjut usia dan lemah. “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka…” Ini adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan pengayoman dan adab, yaitu seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan penghinaan dan etika yang tidak baik. “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Ini adalah tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua dengan hormat dan memuliakan.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan…” Di sini ungkapan melembut dan melunak, hingga sampai ke makhluk hati yang paling dalam. Itulah kasih sayang yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap merendah itu punya sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan kepasrahan. “Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’”
Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak.
Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari ayahnya:
“Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf. Lalu ia bertanya kepada Nabi SAW, “Apakah aku telah menunaikan haknya?” Nabi SAW menjawab, “Tidak, meskipun untuk satu tarikan nafas kesakitan saat melahirkan.”
Oleh karena emosi dan gerak dalam konteks ini terhubung dengan akidah, maka Al-Qur’an mengulangnya dengan mengembalikan semua urusan kepada Allah yang mengetahui niat, dan mengetahui apa yang ada di balik ucapan dan perbuatan.
“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.” (25)
Nash ini hadir sebelum melanjutkan bahasan tentang taklif, kewajiban dan adab selanjutnya. Ia hadir untuk mengambalikan setiap ucapan dan perbuatan kepada Allah; untuk membuka pintu taubat dan rahmat bagi orang yang berbuat keliru atau teledor, kemudian kembali dan mengoreksi kekeliruan dan keteledoran tersebut.
Selama hati baik, maka pintu ampunan tetap terbuka. Orang-orang awwab (yang bertaubat) adalah mereka yang setiap kali berbuat keliru maka mereka kembali kepada Tuhan mereka sambil meminta ampun.